Kamis, 05 April 2012

OlahRaga untuk Anak dan Balita


salah satu cara untuk melatih gerakan anak Anda adalah dengan mengajaknya berolahraga. Kok begitu? Olahraga tak sekadar membuatnya sehat dan bugar, tapi bisa pula mengembangkan kemampuan motoriknya. Jadi, tubuh anak ’dijamin’ pasti lebih fit, sehingga bisa survive ketika menghadapi berbagai tantangan yang menghadang (secara fisik maupun psikis).
Masalahnya, Anda tidak bisa sembarangan memilih olahraga untuk anak. Jadi, banyak-banyaklah ’belanja’ info seputar dunia olahraga.  

Di bawah 6 tahun
Bila anak belum ingin berolahraga, jangan memaksanya. Anak mengembangkan keterampilan tertentu pada usia yang berbeda-beda. Makanya, jangan membanding-bandingkan anak Anda dengan anak lain. Sepanjang tumbuh kembangnya normal (dan sesuai target!), biarkan ia menguasai keterampilan berdasarkan kemampuannya sendiri.
Beberapa anak enggan berolahraga karena merasa takut gagal atau gampang frustrasi. Lagi-lagi, kenali sinyal-sinyal yang dikirimkan oleh anak dan jangan bosan memberi dorongan.

Berikut ini beberapa jenis olahraga yang pas untuk usia anak:

Umur 2-3 tahun. Olahraga yang sifatnya belum terstruktur, seperti berlari, berayun-ayun, memanjat, dan bermain air. Pada usia 2 tahun, anak sudah mampu melompat dengan satu atau kedua kaki, dan berlari. Pada usia 3 tahun, ia sudah bisa berubah-ubah arah (dari kanan ke kiri, dari depan ke belakang) dengan mudah.
Catatan: Umumnya, anak belum siap untuk bergabung ke dalam olahraga yang berstruktur atau terlibat dalam aktivitas yang sarat kompetisi. Bila anak enggan bergabung dalam olahraga tertentu (untuk alasan apapun), jangan dipaksa ya. Coba cari tahu penyebabnya. Bila perlu, tunda dulu dan coba lagi beberapa bulan atau tahun setelahnya.
Yang bisa Anda lakukan: Selalu mendampingi anak. Jangan pernah lupa mengoleskan tabir surya ketika anak di luar rumah (ini berlaku sampai kelak ya).

Umur 4-5 tahun. Biasanya, anak sudah bisa menggelindingkan bola besar, menangkap bola, serta piawai dengan sepeda roda tiga. Ia juga mulai suka berenang atau bersenam (tapi tanpa diprogram).
Catatan: Apapun olahraga pilihannya, si kecil mesti senang. Jika anak tidak bahagia, tanyalah alasannya dan coba atasi masalah atau cari olahraga lain yang lebih disukai. Ini penting jika anak ingin melakukan olahraga terstruktur. Kelak anak yang tertekan karena harus bersaing, bisa saja membentuk sikap negatif terhadap dunia olahraga atau mencederai dirinya sendiri (karena selalu berusaha menyenangkan orang lain).
Yang bisa Anda lakukan: Pastikan jadwal anak tidak berlebihan, sebab bisa membuatnya stres. Siapkan pengaman yang diperlukan. Misalnya, pengaman siku, lutut, atau helm, ketika anak bersepeda. Jadikan hal ini kebiasaan, apapun jenis olahraga pilihan anak nantinya. 

Umur 5-6 tahun. Banyak keterampilan yang sudah dikuasainya, termasuk baris-berbaris, latihan keseimbangan (berjalan di atas titian balok), memanjat, berayun, bergelantungan, berguling, berputar, dan lain-lain.
Catatan: Si kecil sudah bisa melakukan permainan sederhana dengan bola. Meski ini melibatkan koordinasi dan kelincahan, biarkan ia bermain secara  bebas alias tanpa aturan yang ketat.
Yang bisa Anda lakukan: Ingatkan anak bahwa titik berat olahraga tetap pada bersenang-senang, bermain bersama teman-temannya, serta menguras tenaga. Tidak ada embel-embel lainnya.



Usia 7 tahun ke atas. Kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam berbagai jenis olahraga akan terus berkembang. Di usia inilah, anak boleh mulai bergabung dalam tim olahraga yang terstruktur. Tapi, tergantung kemampuan si kecil, ya. Dia masih harus terus mengasah keterampilan dasar, seperti melompat, menendang, melempar, dan menangkap.

Catatan: Banyak olahraga kelompok yang melibatkan kontak tubuh. Sementara, anak di bawah 7 tahun tidak siap untuk terlibat kontak tubuh, apalagi yang agak ‘kasar’. 

Yang bisa Anda lakukan: Risiko yang dialami bisa-bisa tak hanya cedera saja, tapi juga isu menang dan kalah. Secara emosional, menerima kekalahan saat olahraga adalah hal yang sulit. Jadi, jangan biarkan anak khawatir soal menang atau kalah. Intinya, olahraga untuk meningkatkan kebugaran dulu!

Umur 8-12 tahun. Banyak pakar setuju, inilah usia paling pas untuk memperkenalkan olahraga yang kompetitif. Misalnya, softball, sepakbola, basket, karate, atau tenis. Ini karena keterampilan mereka berkembang, semakin sempurna, dan bahkan terkoordinasi dengan baik.

Catatan: Anak sudah siap bermain dalam tim olahraga. Ia juga mengerti aturan yang berlaku. Mulai usia 10 tahun (sampai 14 tahun), anak harus berada di bawah pelatih yang benar. Ia berpotensi jadi juara, asal mendapat program latihan yang pas.

Yang bisa Anda lakukan: Bila anak tak suka bergabung dalam tim olahraga, ia tetap perlu olahraga rutin. Olahraga seperti berenang, senam, atau inline skating bisa juga dilakukan tanpa unsur kompetisi. Olahraga seperti ini membuat anak tetap sehat dan fit.

Rekreasi atau prestasi?
Olahraga bisa dibedakan menjadi dua jenis, yakni:

        Olahraga rekreasi. Sesuai namanya, olahraga ini dilakukan sekadar untuk bersenang-senang. Jadi, Anda tidak perlu repot-repot merencanakan program khusus untuk anak. Biarkan anak bergerak sebebas-bebasnya, sesuai minat dan keterampilan yang sudah dia kuasai. 
Catatan: Tidak ada batasan minimal usia untuk memulai olahraga jenis ini.

        Olahraga prestasi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti minat, bakat, serta program latihan yang sesuai untuk anak. Jangan sampai porsi latihan tidak sesuai usia dan perkembangan motorik si kecil. Bisa-bisa otot-ototnya cedera atau malah tidak berfungsi secara optimal kelak. Catatan: Pas untuk anak usia 7 tahun dan yang lebih besar lagi.

 Plusnya berolahraga rutin: Otot dan tulang lebih kuat, tubuh lebih ramping, menurunkan risiko terkena diabetes tipe dua, tekanan darah dan kolesterol lebih rendah, kualitas tidur lebih baik sehingga mudah konsentrasi dan menyerap pelajaran di sekolah, belajar berbagi, belajar berteman, mengembangkan rasa percaya diri, belajar bersaing secara sehat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar