Rabu, 16 Mei 2012

Kembangkan Potensi Anak Sejak Dini


Krusialnya PAUD amat dirasakan oleh tokoh pendidikan anak-anak Maria Montessori. Menurut dia, bagian terpenting dari kehidupan manusia bukan pada saat di pendidikan tinggi, melainkan pada periode pertama dari kehidupan, yaitu sejak usia 0–6 tahun. Sebab, tahun prasekolah itu adalah masa anak untuk membina kepribadian mereka.

Melalui penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun. Sementara pada usia 8 tahun otak berkembang cukup pesat hingga mencapai 80% dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun. Setelah itu, walaupun dilakukan perbaikan nutrisi, tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif.

Hal ini menandakan perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Jadi, periode ini merupakan periode kritis bagi anak, di mana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara, masa emas ini hanya datang sekali sehingga apabila terlewati, maka habislah peluangnya. 

Di sinilah letak pentingnya PAUD. Pendidikan pada tahap ini berguna untuk memberikan rangsangan kepada anak. Anak diajak mengenal berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif, maupun sosialnya. Pernyataan ini diamini oleh Kasubdit Program dan Evaluasi Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUDNI Kemdikbud Dr Sukiman MPd.


“Penelitian sudah membuktikan bahwa jika ingin memutus mata rantai kemiskinan, maka harus dimulai sejak usia dini yang dikatakan sebagai masa emas,” kata dia.

Pada dasarnya ada 4 aspek perkembangan anak, yaitu perkembangan fisik atau motorik, emosi, kognitif, dan sosial. Perkembangan motorik merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Sementara perkembangan emosi meliputi kemampuan anak untuk merasakan dan memahami gejolak perasaan, seperti mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, marah, serta bentuk-bentuk emosi lainnya.

Sementara perkembangan kognitif mengacu pada kemampuan anak dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa, baik lisan maupun isyarat. Ambil contoh memahami kata, mengeluarkan perasaannya, kemampuan logis, seperti memahami sebab-akibat suatu kejadian, memahami makna dari simbol, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan diri dan lingkungan.

Adapun perkembangan sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, berinteraksi, dan bermain bersama temanteman sebayanya. “Pendidikan yang diperoleh di PAUD menyentuh empat macam perkembangan anak tersebut,” ujar Joanne Hashim selaku Program Director ChildFund Indonesia.

Melatih kepercayaan diri anak juga dirasakan sebagai manfaat dari PAUD. Meski demikian, diakui Joanne, PAUD tidak berpengaruh terhadap kecerdasan akademik seorang anak. Namun, hal yang jauh lebih penting dari sekadar kecerdasan akademik adalah karakter yang baik.



“Pembentukan karakter ini dimulai sejak usia dini. Itulah pentingnya pendidikan usia dini guna menanamkan karakter yang baik kepada anak-anak,” ujar National Director ChildFund Indonesia Guru Naik.

Mengenai materi yang diberikan di PAUD, Sukiman menjelaskan sebenarnya hanya sebagai bentuk perkenalan terhadap kegiatan membaca, menulis, atau berhitung. Dengan begitu, orangtua pun diharap tidak memaksa sang anak untuk harus sudah bisa melakukan keterampilan tersebut. “Sebab, pemaksaan hanya akan membuat anak semakin enggan belajar. Dia akan mengasosiasikan pemaksaan dengan kegiatan yang membuatnya tertekan,” tutur Sukiman.

Sukiman menjabarkan proses pembelajaran yang ideal untuk PAUD di mana guru bertindak sebagai fasilitator. Sebab, anak-anak belajar bukan karena diajar, melainkan karena dia mengalaminya sendiri. Entah itu lewat bermain dan sebagainya. Karena itu, guru seharusnya memberikan teladan yang baik kepada murid-murid kecilnya ini sehingga diharapkan sang guru dapat menjadi inspirasi bagi muridnya. Joanne mengatakan, untuk itu, peran serta orangtua juga sangat diharapkan. Orangtua harus ikut andil dalam memonitor perkembangan anak di sekolah.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar