Senin, 30 Januari 2012

Ada Yang Lebih Penting Daripada Prestasi Anak Di Sekolah


Saat ini orangtua cenderung menganggap anak hebat jika mampu menjadi juara 1 sampai 3 atau mempunyai ranking di kelasnya. Padahal kecerdasan secara intelektual bukan hal yang utama menjadi orang yang sukses.

Penelitian The Millionare Mind yang dilakukan Thomas J Stanley PhD terhadap 733 jutawan mengenai 30 faktor yang mempengaruhi kesuksesan, menunjukkan IQ tinggi menduduki posisi 21, sekolah di universitas ternama berada di posisi 23, lulus dengan nilai tertinggi di posisi 30.

"Orangtua harus memiliki persepsi bahwa semua anak dilahirkan membawa keunikan atau kelebihan masing-masing. Itu harus diketahui orangtua dan dikembangkan," ungkap Hanny Muchtar Darta dari EI Parenting Consultant saat talkshow Pentingnya Kecukupan Asupan Vitamin & Mineral Agar Anak Incredible yang digelar di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Lebih baik, kata Hanny, orangtua harus berusaha mendorong anak selalu berusaha dengan baik dan mengharapkan hasil yang terbaik, karena prestasi yang dimiliki anak merupakan prestasi orangtua.
Saat ini, dalam segala hal keinginan orangtua mendominas sehingga enggan mengajak dialog anak (komunikasi negatif), menghindari anak berbuat salah hingga memberikan jalan keluar tanpa melibatkan anak. Padahal cara seperti ini kurang tepat.

"Yang harus dilakukan untuk menjadi orangtua hebat, perlu pendekatan sebaliknya berupa komentar, tanggapan atau masukan yang positif, membuat anak merasa dihargai dan mampu serta membuat anak semangat untuk melakukan yang terbaik," ungkap Hanny.

Jika orangtua terus berkomunikasi negatif maka yang terjadi anak merasa terhina, direndahkan, merasa kecil dan tidak penting, merasa tidak mampu, merasa tidak dihargai dan merasa jauh dari orangtua sehingga merasa tidak disayang.

Selasa, 24 Januari 2012

Sering Main bikin Anak Lebih Cerdas..?


Ingin anak Anda cerdas? Jangan hanya menyuruh mereka duduk di meja belajar dan membaca. Sesekali ajak mereka berolahraga bersama, olahraga berkelompok mungkin akan lebih baik.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan prestasi akademis anak dan remaja.

Seperti dilansir dari Daily Mail, para ilmuwan dari Belanda mengumpulkan data dari 14 penelitian dengan jumlah responden dari 12 hingga 53 ribu anak berusia 6 tahun hingga 18 tahun.

"Menurut hasil penelitian terbaik, kami menemukan bukti kuat adanya hubungan positif aktivitas fisik dengan peningkatan akademis anak," ujar penulis penelitian Dr Amika Singh dari Universitas Vrije di Amsterdam, pada jurnal Archives of Paediatrics & Adolescent Medicine.

Menurutnya, aktivitas fisik membantu kemampuan mental dengan meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak sehingga stres akan berkurang dan suasana hati akan meningkat.

Olahraga juga akan meningkatkan faktor pertumbuhan yang membantu menghasilkan sel saraf baru dan membantu menghubungkan kembali neuron.

Karena penelitian dengan kualitas metodologi tinggi yang menghubungkan antara aktivitas fisik dengan kinerja akademik sedikit, "penelitian berkualitas tinggi dibutuhkan untuk mengetahui dosis respon antara aktivitas fisik dengan prestasi akademis sehingga dibutuhkan instrumen pengukuran yang valid dan diakui untuk menilai hubungan ini," paparnya. (adi)

Jumat, 20 Januari 2012

Pentingnya Tidur Buat Balita


Di usia balita, anak menghabiskan waktu dengan mengeksplorasi segala sesuatu di sekitar mereka sehingga kerap kehilangan waktu tidur siang. Padahal, tidur siang memberi dampak luas pada pertumbuhan dan kesehatan mental anak.

Simpulan penelitian terbaru menyebut, balita yang tidak tidur siang atau kurang waktu tidur di siang hari lebih cenderung mengalami stres dan merasa tak bahagia. Anak-anak ini juga cenderung berisiko mengalami masalah kesehatan mental selama kehidupan mereka di masa dewasa.

Tim dari University of Colorado Boulder, AS menemukan, anak yang tidak tidur siang atau kekurangan tidur di siang hari lebih cemas dan cenderung tak tertarik pada sekeliling mereka. Mereka juga kurang senang dengan peristiwa bahagia dan lebih sulit mengatasi stres.

Penyebabnya, kehilangan waktu tidur siang membuat balita mengungkapkan perasaan dengan cara berbeda. Selama studi, mereka mengukur pola tidur balita berusia dua hingga tiga tahun. Anak-anak ini mengenakan alat khusus untuk mengukur berapa lama mereka tidur siang dengan pengawasan orang tua.

Penulis studi, Profesor Monique LeBourgeois mendokumentasikan ekspresi wajah balita di dua waktu berbeda saat balita memperoleh tidur siang, serta pada saat mereka kehilangan waktu tidur.

Hasil yang dipublikasikan dalam Journal of Sleep Research, menunjukkan bahwa balita yang lelah karena kurang tidur hanya berhasil menyelesaikan sepertiga (34 persen) puzzle pertama dengan respon emosional yang kurang positif dibandingkan saat mereka memperoleh cukup istirahat.

Dan, pada puzzle kedua yang sengaja dibuat 'tak dapat diselesaikan', balita yang lelah lebih tertekan daripada anak yang mendapat tidur siang seperti biasa. Lebih dari sepertiga balita yang kurang tidur juga lebih cuek daripada anak yang memperoleh tidur siang tentang puzzle yang tak dapat mereka pecahkan.

Prof LeBourgeois mengingatkan, bahwa 'kebingungan' bukan hal buruk, karena membantu anak-anak belajar dari kesalahan mereka. Kekurangan tidur membuat anak tidak mampu terlibat dan berinteraksi dengan orang lain. "Sama seperti gizi yang baik, tidur yang cukup merupakan kebutuhan dasar, " jelasnya.

Sabtu, 14 Januari 2012

Panduan Perkembangan Si Kecil, Disimak ya....


hmm Usia Segini si kecil Sekarang mustinya sudah bisa apa ya...?
ketahui sekilas panduan perkembangan Anak di bawah ini ya....

Umur 0-3 bulan
* Mengangkat kepala setinggi 45 derajat
* Menggerakkan kepala dari kanan/kiri ke tengah
* Melihat dan menatap wajah Anda
* Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
* Suka tertawa keras
* Bereaksi terkejut terhadap suara keras
* Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum
* Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak

Umur 3-6 bulan
* Berbalik dari telungkup ke telentang
* Mengangkat kepala setinggi 90 derajat
* Mempertahankan kepala tetap tegak dan stabil
* Menggenggam pencil
* Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
* Memegang tangannya sendiri
* Berusaha memperluas pandangan
* Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
* Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
* Tersenyum ketika melihat gambar/mainan yang menarik saat bermain sendiri

Umur 6-9 bulan
* Duduk (sikap tripoid-sendiri)
* Belajar berdiri, kedua kakinya  menyangga sebagian berat badan
* Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
* Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya
* Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan
* Memungut benda sebesar kacang dengan cara  meraup
* Bersuara tanpa arti, misalnya mamama, bababa, papapa.
* Mencari benda/mainan yang dijatuhkan
* Bermain tepuk tangan/ciluk ba
* Bergembira dengan melempar benda
* Makan kue sendiri

Umur 9-12 bulan
* Mengangkat badannya ke posisi berdiri
* Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
* Dapat berjalan dengan dituntun
* Mengulurkan lengan/badan untuk  meraih mainan/gambar yang diinginkan
* Menggenggam erat pensil
* Memasukkan benda ke mulut
* Mengulang menirukan bunyi yang didengar
* Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
* Mengeksprolasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
* Berekasi terhadap suara perlahan/bisikan
* Senang diajak bermain "ciluk ba"
* Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal

Umur 12-18 bulan
* Berdiri sendiri tanpa berpegangan
* Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
* Berjalan mundur 5 langkah
* Memanggil ayah dengan kata "papa", memanggil ibu dengan kata "mama"
* Menumpuk 2 kubus
* Memasukkan kubus di kotak
* Menunjuk apa yang didinginkan tanpa merengek/menangis, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.
* Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing

Umur 18-24 bulan
* Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
* Berjalan tanpa terhuyung-huyung
* Bertepuk tangan/melambai-lambai
* Menumpuk 4 buah kubus
* Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
* Menggelindingkan bola ke arah sasaran
* Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
* Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
* Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri

Umur 24-36 bulan
* Jalan naik tangga sendiri
* Dapat bermain dan menendang bola kecil
* Mencoret-coret pensil pada kertas
* Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata
* Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
* Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
* Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta
* Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
* Melepas pakaiannya sendiri

Umur 36-48 bulan
* Berdiri 1 kaki 2 detik
* Melompat kedua kaki diangkat
* Mengayuh sepeda roda tiga
*  Menggambar garis lurus
* Menumpuk 8 buah kubus
* Mengenal 2-4 warna
* Menyebut nama, umur, tempat
* Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
* Mendengarkan cerita
* Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
* Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
* Mengenakan sepatu sendiri
* Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

Umur 48-60 bulan
* Berdiri 1 kaki 6 detik
* Melompat-lompat 1 kaki
* Menari
* Menggambar tanda silang
* Menggambar lingkaran
* Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
* Mengancing baju atau pakaian boneka
* Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
* Senang menyebut kata-kata baru
* Senang bertanya tentang sesuatu
* Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
* Bicaranya mudah dimengerti
* Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya
* Menyebut angka, menghitung jari
* Menyebut nama-nama hari
* Berpakaian sendiri tanpa dibantu
* Menggosok gigi tanpa dibantu
* Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu

Umur 60-72 bulan
* Berjalan lurus
* Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
* Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
* Menangkap bola kecil dengan kedua tangan gambar
* Menggambar segi empat
* Mengerti arti lawan kata
* Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
* Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya
* Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10
* Mengenal warna-warni
* Mengungkapkan simpati
* Mengikuti aturan permainan
* Berpakaian sendiri tanpa dibantu

Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006, Panduan Tumbuh kembang Anak

Jumat, 13 Januari 2012

Bagaimana BAB (Buang Air Besar) si Kecil yang Normal..?

Tahun lalu, aku hampir muntah ketika ipar perempuanku menjelaskan isi popok bayinya. “Bagaimana mungkin dia bicara mengenai sesuatu yang sangat menjijikan dengan begitu santai?” Begitu pikirku. Tapi kemudian, aku pun menjadi orang tua. Dan tiba-tiba saja aku menjadi paham sepenuhnya.

Suatu hal yang menyedihkan, tapi ada benarnya. Sebagai orang tua, kita menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang kita pikirkan untuk terobsesi dengan feses anak-anak kita. Jadi, berikut adalah panduan untuk segala yang selalu Anda pertanyakan, tapi mungkin takut diutarakan. Anda bisa memakai pengetahuan baru Anda untuk membuat pasangan maupun para ibu di playgroup merasa takjub, serta mengejutkan teman-teman Anda yang belum punya anak.

Seperti Apakah yang Normal?

Sekalipun ada panduan umum berdasarkan usia, setiap anak ternyata berbeda. “Yang dianggap normal untuk seorang anak, mungkin tidak demikian untuk anak yang lain,” kata Benjamin D. Gold, MD, profesor dan kepala divisi gastroenterologi, hepatologi, dan gizi anak di Emory University School of Medicine, Atlanta.

BAYI YANG BARU LAHIR (0-4 BULAN)

Seberapa sering: Sekitar empat kali sehari. Karena ASI sangat mudah dicerna, maka bayi yang diberi ASI akan BAB tiap kali setelah menyusu. Karena mereka memakai semua gizi untuk tumbuh, sejumlah bayi yang masih diberi ASI mungkin tidak BAB selama seminggu penuh. Namun, berkonsultasilah dengan dokter anak jika pola BAB anak Anda berubah secara signifikan.

Fakta: BAB pertama (disebut meconium) berwarna hitam, lengket seperti ter, dan feses itu mengandung segala macam yang bayi telan seperti cairan amniotik dan sel kulit mati. Bayi yang diberi ASI memiliki BAB yang berwarna kuning seperti mustard, sementara bayi yang sudah mengonsumsi susu formula memunyai BAB yang berwarna hijau dan kental.

BAYI (4-12 BULAN)

Seberapa sering: Tiga kali sehari.

Fakta: Karena bayi Anda makan lebih banyak makan-makanan padat, BAB-nya akan menjadi lebih kental, lebih bau. Ini semua “berkat” kerja cairan pencernaannya. Anda mungkin akan menemukan bahwa tempat pembuangan popok Anda yang cantik itu tidak bisa menghalangi bau yang keluar.

BATITA (1-3 TAHUN)

Seberapa sering: Dua hari sekali

Fakta: Batita adalah pengonsumsi makanan yang tidak bisa diprediksi sehingga pola buang air mereka juga bervariasi. “Selama anak Anda makan dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit, maka hal ini tak perlu dikhawatirkan,” kata Jennifer Shu, MD, penasihat Parents.

BALITA DAN ANAK USIA SEKOLAH (3 TAHUN DAN LEBIH)

Seberapa sering: Sekali sehari

Fakta: Saat anak Anda dilatih untuk menggunakan toilet, ada satu pelajaran penting yang bisa Anda ajarkan: “Saat kamu mau buang air, segeralah buang air!” kata Dr. Gold. Untuk menghindari sembelit, Anda harus mengingatkan anak Anda yang sedang sibuk untuk pergi ke toilet.   

DO:  

Buatlah jadwal. Luangkan 10 menit sedikitnya dua kali sehari untuk BAB, lebih baik setelah sarapan, makan siang, atau makan malam. Makan akan mengaktivasi “refleks gastrokolik” yang mendorong feses dari usus.

Jadikan ini kegiatan yang mudah dan menyenangkan. Sejumlah ahli berpikir bahwa pispot harus tetap ada di kamar mandi, tapi mungkin Anda bisa memertimbangkan agar pispot itu dekat dengan anak di setiap saat (bahkan pada saat dia sedang menonton). Selain itu, siapkan pula buku-buku yang bisa menghibur saat dia sedang berlatih menggunakan toilet.

Perlahan-lahan saja. Bila anak Anda masih ingin BAB di popoknya, bawalah dia ke kamar mandi saat dia akan buang air. Atau, minta dia jongkok di pispot untuk buang air dalam keadaan masih mengenakan popok, kata Ari Brown, MD, penasihat Parents yang sekaligus penulis Toddler 411.

Berikan pujian. Gunakan stiker, high five, dan banyak kata-kata pemberi semangat demi menunjukkan bahwa Anda bangga kepadanya.

DON’T:

Memburu-buru. “Anak-anak harus siap secara mental, verbal, dan fisik,” kata Dr. Shu. Yang berarti dia merasa tertarik untuk BAB, punya kosa kata yang berhubungan dengan BAB atau BAK, dan juga sudah bisa menarik celananya sendiri. Tanda-tanda kesiapan yang lain adalah, anak Anda lekas-lekas pergi ke tempat terdekat untuk bersembunyi atau ingin popoknya segera diganti.

Menekan. Bila si kecil merasakan bahwa Anda sudah putus asa, dia bisa membangkang demi mengontrol keadaan, khususnya jika akhir-akhir ini dia lebih sering bilang, “nggak mau” daripada “iya” terhadap banyak hal.

Menyepelekan rasa takutnya. “Beberapa anak punya rasa takut yang tidak masuk akal bahwa feses adalah bagian dari mereka, dan mereka tidak mau benda itu hilang di toilet,” kata Dr. Brown. Anda bisa membantu dengan menutup lubang toilet sebelum menyiramkan air lewat flush dengan menciptakan ritual khusus yang Anda akan lakukan berdua.

Menghukum. Kecuali Anda siap menghadapi kemunduran besar, jangan pernah memarahi anak Anda atau mengambil haknya (misalnya untuk menonton acara TV favorit) bila dia tidak mau ke toilet atau tanpa sengaja BAB di popoknya.



KEBENARAN YANG TIDAK MENYENANGKAN

Tidak  mudah untuk mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada dokter mengenai hal-hal khusus berikut ini.

Bau tidak sedap. “Bakteri normal yang ada di usus akan mengurai makanan dan menghasilkan gas serta bau,” kata Dr. Shu. Bau tidak sedap itu bisa berubah dari hari ke hari (atau bahkan dari popok ke popok), tergantung pada tipe makanan yang Anda makan.

Potongan makanan. Anak-anak yang masih kecil mungkin tidak mengunyah makanan mereka dengan benar. Jadi Anda tidak perlu terkejut (atau khawatir) jika ada potongan makanan ikut terbawa dalam fesesnya.

Warna yang aneh. Warna feses yang normal bisa bervariasi, mulai dari biru sampai hijau (warna normal dari cairan empedu). Antibiotika suplemen zat besi juga bisa mengakibatkan perubahan warna. Namun ada pengecualian, yakni warna hitam dan merah bisa menjadi tanda adanya perdarahan di jalur pencernaan, sementara warna putih atau coklat pucat bisa menjadi tanda adanya masalah di hati. Semua itu harus diperiksa.

BAB yang sangat banyak. Jika anak Anda mengalami peningkatan jumlah BAB dan bentuknya encer, maka sudah pasti dia mengalami diare. Hingga 90 persen kasus diare disebabkan oleh virus, dan biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Antibiotika tidak akan membantu, dan Anda tidak perlu menggunakan obat diare yang dijual bebas kecuali dokter menyarankan. Minuman elektrolit untuk anak-anak akan bisa membantu anak untuk tidak kekurangan cairan, tapi biarkan dia makan apapun yang dia inginkan. Hubungi dokter jika anak Anda berusia kurang dari 6 bulan, telah mengalami diare yang berlangsung lebih dari seminggu, dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi (misalnya buang air seni tidak rutin, tidak mengeluarkan air mata saat menangis, atau mulut kering).

TETAPLAH BERSIH

Adakalanya segala sesuatunya menjadi kotor dan berantakan. Berikut adalah cara-cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya.

Pispot yang kotor. “Siramkan air ke dasar pispot sebelum anak Anda menggunakannya sehingga fesesnya tidak menempel,” kata Dr. Shu. Kemudian, buang feses itu ke dalam toilet. Gosok pispot dengan menggunakan sikat kamar mandi serta cairan pembersih. Kosongkan pispot jika masih ada yang tersisa.

BAB di bath tub. Anak-anak yang masih kecil cenderung bisa BAB di bath tub karena air hangat merilekskan otot-otot mereka. Saat itu terjadi, pindahkan anak dari bath tub lalu angkat feses tersebut untuk dibuang di toilet (gunakan gelas plastik sekali pakai). Keringkan bath tub dan gosok dengan cairan pembersih. Kemudian, rendam mainan yang biasa dipakai anak saat mandi di dalam ember yang telah dicampur dengan cairan pemutih. 

BAB di celana. Buang feses yang padat ke dalam toilet. Cuci celana dengan menggunakan cairan pembersih atau deterjen yang mengandung pemutih dan bilas di air hangat.

Kamis, 12 Januari 2012

Baby Walker, Kapan diperlukan...?


Banyak alasan yang mendasari keinginan membeli baby walker. Umumnya ditujukan untuk melatih bayi menggunakan otot kaki. Ini kerap menjadi alasan utama. Dalam praktiknya banyak juga ibu menjadikan baby walker sebagai alternatif permainan untuk menyibukkan bayi saat ibu melakukan kegiatan lain, atau menjadi alat bantu yang membuat bayi merasa fun dan anteng saat diberi makan. Namun banyak juga orang tua yang membeli baby walker hanya karena lantaran ikut-ikutan tetangga atau teman.

Dr. Karel A.L. Staa, MD, spesialis anak dari Jakarta mengatakan setidaknya ada dua hal yang perlu disorot dalam memutuskan apakah akan menggunakan baby walker atau tidak. Pertama soal keamanan, dan kedua soal perkembangan motorik anak.

Tidak Aman?
Fakta yang ada menunjukkan penggunaan baby walker cenderung membawa dampak negatif pada tumbuh kembang bayi, bahkan menjurus pada keadaan yang bisa membahayakan keselamatan anak.

American Academy of Pediatric (APP) mengungkapkan bahwa pengunaan baby walker bisa mendatangkan kecelakaan atau cedera pada bayi. Di tahun 1999 di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 8.800 bayi usia 15 bulan masuk rumah sakit karena menggunakan baby walker. Dan dalam rentang tahun 1973-1998 tercatat 34 bayi meninggal karena alat ini. Tak terelakkan, fakta ini membuat baby walker menuai pro dan kontra selama berbilang tahun.

Memang ada banyak anak memakai baby walker dan aman-aman saja. Sebaiknbya jangan buru-buru mengambil kesimpulan sebelum mendengar pendapat ahli.  Karel  mengatakan kata “aman-aman saja” tidak bisa dijadikan patokan bahwa baby walker benar-benar aman untuk anak. “Ibarat berjalan di lantai yang licin. Ada anak yang terjatuh ada yang selamat. Toh, kita tidak bisa mengatakan lantai licin itu tidak berbahaya bagi anak. Begitu juga dengan penggunaan baby walker,” kata Karel.

Salah satu penyebab kecelakaan ketika menggunakan baby walker adalah anak dapat bergerak leluasa, sehingga bisa menggelinding di tangga, terjepit daun pintu, atau menjangkau benda-benda berbahaya bagi anak (seperti gunting, pisau, gelas berisi air panas). Ada juga orang tua yang berpendapat bahwa boleh saja menggunakan baby walker selama anak diawasi. Kenyataannya penelitian menunjukkan mayoritas kecelakaan akibat baby walker terjadi disaat anak dalam pengawasan orang tua maupun pengasuh. Ini karena baby walker memungkinkan anak bergerak cukup cepat, rata-rata 1-3 meter perdetik. Anak terlanjur bergerak ke arah yang membahayakannya sebelum pengawas sempat menghentikannya. 

Masalah Motorik
Banyak orang tua berminat membelikan baby walker karena propaganda yang mengatakan alat ini bisa membuat bayi cepat pandai berjalan. Kenyataannya tidak demikian. Karel mengatakan baby walker berpotensi mengganggu perkembangan motorik kaki anak. Sebab, untuk bergerak anak hanya perlu menggunakan sebagian serabut motorik otot kaki. Misal dengan menggerakkan ujung jari dan mengandalkan otot-otot betis, dalam posisi duduk sekalipun, anak bisa berpindah tempat.

Sementara untuk bisa berjalan dengan benar dan lancar, anak perlu melatih otot paha dan pinggul. Dan ini sering tidak terpenuhi bila anak dibiasakan bermain dengan baby walker. Akibatnya otot tungkai tidak terlatih untuk menyangga tubuh anak saat berjalan. Anak jadi sering jatuh. Hal ini bisa menimbulkan trauma yang membuat anak takut melangkah, dan akhirnya membuat dia lambat pandai berjalan. Ditambah lagi ada efek psikologis yang membuat anak malas berjalan mandiri karena baby walker membuatnya terbiasa bergerak ke sana kemari tanpa susah payah menjejakan kaki di lantai.

Baby walker juga dicurigai sebagai salah satu penyebab kelainan kaki pada anak. Pasalnya duduk mengangkang di dalam baby walker bisa menyebabkan kelainan tulang paha. Para ahli menduga banyaknya anak berjalan seperti bebek atau mengangkang karena pengaruh baby walker. 

“Bila ingin melatih motorik kaki, lebih baik anak dilepas di lantai dan belajar berjalan secara alami dengan kaki terlanjang,” kata Karel. Cara ini bisa melatih seluruh serabut motorik otot, mulai dari otot betis, paha, sampai pinggul, juga membantu merangsang koordinasi jemari kaki,  sehingga memembuat anak bisa berjalan dengan lebih baik. Jika anak mengalami jatuh bangun, itu hal biasa yang justru memberi pengalaman pada anak untuk tidak mudah menyerah.

Tentunya belajar berjalan secara alami ini membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua. Ada beberapa persiapan sederhana yang perlu dilakukan, seperti memastikan lantai dalam keadaan bersih dan tidak licin. Satu lagi saran Karel. Ajaklah si kecil berenang. Kegiatan yang satu ini membuat seluruh otot tubuh bergerak, temasuk kaki, lengan, dan leher. Dan ini sangat bagus untuk merangsang perkembangan motorik anak

Selasa, 10 Januari 2012

Pemberian Buah-buahan pada Bayi


Buah memang bagus untuk tubuh. Termasuk untuk bayi tercinta. Kendati begitu, para ibu sering bingung,buah apa yang pas buat si kecil, seberapa banyak porsinya, dan sebagainya.Nah, menurut dr. Dini Latief, MSc,sebenarnya hampir semua buah bagus untuk bayi. Hanya saja pemberiannya harus disesuaikan dengan usia bayi. 

Di usia sebelum 4 bulan, misalnya, buah apa pun tak boleh diberikan pada bayi. Di umur itu, satu-satunya makanan yang baik dan dapat dicerna oleh bayi hanyalah ASI, ujar Direktur Bina Gizi Masyarakat Depkes RI dan Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) ini

Kendati hanya mendapat ASI, kata Dini, tak perlu cemas bayi kelaparan. Asal diberikan cukup dan teratur, para ibu tidak perlu khawatir anaknya kekurangan gizi.Selain itu, ASI sudah mengandung zat-zat kalori yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan bayi. Di samping lemak yang cukup tinggi, terutama lemak-lemak esensial untuk pembentukan otak,vitamin, dan mineral yang paling lengkap dibanding makanan lainnya. 

Kembali ke soal buah, kenapa bayi usia 4 bulan tak boleh diberi buah?Tak lain, ujar Dini, karena usus bayi di usia itu baru bisa menyerap makanan yang berbentuk cair. Lewat usia 4 bulan, barulah dinding-dinding ususnya semakin kuat dan sudah boleh mendapat makanan tak cair yang disuguhkan secara bertahap. Di usia lewat 4 bulan itu pula, umumnya bayi mulai dikenalkan pada makanan pendamping atau makanan tambahan.Tetap saja tak boleh langsung makanan padat. Harus bertahap. Mula-mula bubur cair, misalnya.  

Nah, menginjak 6 bulan, bayi sudah boleh diberi bubur nasi yang lembek.Dua bulan berikut, baru diberi tim. Dan setelah 12 bulan, ia boleh mengkonsumsi makanan keluarga.Tapi nasinya pun harus agak lembek dulu.


SALING MELENGKAPI
Seperti halnya makanan, pemberian buah pun harus disesuaikan usia anak.Buah memang baik untuk anak, karena berdasar penelitian, sekitar 50 persen anak balita di Indonesia masih kekurangan vitamin A, selain zat besi, dan seng. Nah, dengan pemberian buah, kekurangan vitamin dan mineral tadi dapat dikurangi.
Vitamin dan mineral, jelas Dini, banyak terdapat pada buah-buahan yang berwarna. Artinya, bisa yang berwarna merah atau kuning tua. Jadi, prinsipnya, para ibu dianjurkan untuk memilih buah-buahan yang berwarna untuk makanan tambahan bayi.Semakin berwarna merah, semakin bagus. Selain itu, berikan buah secara beragam . Jangan pepaya setiap hari. Anak bisa bosan. 

Buah yang beragam juga dimaksudkan agar bayi terbiasa makan macam-macam makanan di samping dapat menutupi kekurangan vitamin.Misalnya, anak diberi pepaya dengan pertimbangan banyak mengandung vitamin A. Nah jika si kecil juga diberi jus nanas,berarti ia pun mendapat vitamin C yang juga bermanfaat bagi bayi.Dengan begitu, masing-masing buah saling melengkapi.

Kendati pada prinsipnya hampir semua buah dapat diberikan pada bayi, pemberiannya tetap harus memperhatikan masalah tahapan usia. Di usia 4 bulan, misalnya, sebaiknya berikan buah yang dicairkan terlebih dulu. Untuk pepaya, misalnya, pilih yang matang dan haluskan dulu. Setelah itu, campur dengan banyak air, sampai betul-betul cair. Patokannya, kalau dituang tidak bisa mengalir, berarti masih terlalu kental.
Jika setelah seminggu diberikan ternyata tak ada masalah pada pencernaan anak,semisal tak muntah dan BAB-nya normal,berarti usus bayi sudah bisa menerima makanan tersebut, sehingga bisa diberikan secara rutin.Setelah normal, seminggu kita coba tambah lagi kepadatannya.

Yang juga harus dipahami, tahapan kemampuan mencerna makanan pada bayi berbeda-beda. Yang tahu hanya ibunya. Kalau dikasih makan yang agak kental dia muntah atau buang air atau tidak. Kalau ternyata muntah atau buang air, pertanda kemampuan mencernanya belum baik. Umumnya,bayi kalau diberi makanan yang terlalu keras akan mencret. Kalau demikian halnya, lebih baik berikan lagi bentuk makanan awal, yaitu yang lebih encer.
Memang, lanjut Dini, bayi mencret bukan hanya karena salah makan. Bisa saja karena makanannya kurang higienis. Misalnya, tak bersih saat menyiapkannya. Apalagi di negara kita masih banyak infeksi. Jadi, kalau tercemar oleh kuman sedikit saja, masuk ke usus dan terjadi mencret. Ini pula yang menjadi alasan kenapa sampai usia 4 bulan bayi tak boleh diberi makanan atau air, kecuali ASI. Air, kan, perlu sendok, cangkir yang mungkin saja tak bersih.Yang paling aman, ya, ASI.

JANGAN BERSERAT
Untuk usia 4 bulan, buah yang disarankan antara lain jeruk atau pisang yang telah dilumatkan dan dicampur air yang banyak. Air jeruk sangat baik diberikan karena banyak mengandung vitamin C yang berfungsi memperbaiki lapisan-lapisan dalam pembuluh darah, termasuk lapisan mulut. Selain itu vitamin C berguna untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan tubuh, penyembuhan luka, pertumbuhan tulang dan gigi bayi. Sedangkan pisang sangat baik karena banyak mengandung kalori untuk pertumbuhan, vitamin C, kalium, dan kalsium. Pisang memiliki kadar tepung tinggi, dibanding buah semangka yang lebih banyak air dibanding tepungnya. Jadi, kalau ibu mau memperkenalkan makanan pendamping ASI, dapat memulai dengan memberi pisang. Pisang juga mengandung mineral yang tinggi. 

Buah lain yang dapat diberikan pada bayi usia 4 bulan adalah sari buah tomat dan pepaya. Saat memberikan sari buah tomat pada bayi, kulit ari dan biji tomat harus dipisahkan terlebih dahulu karena keduanya tidak dapat dicerna oleh pencernaan bayi." Tomat dan pepaya sangat baik untuk bayi karena mengandung vitamin A. Vitamin ini berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas bayi. Selain itu sangat baik untuk kesehatan mata, sehingga terhindar dari kemungkinan terjadi penyakit buta senja pada anak.Karena di usia ini anak harus makan makanan yang berbentuk cair, hindari buah yang mengandung banyak serat, seperti sirsak.;Sirsak dan buah lain yang seratnya panjang-panjang,susah dicerna oleh bayi. Sedangkan buah lain yang dilarang adalah yang rasanya terlalu asam, karena dapat menyebabkan bayi sakit perut. Buah-buahan yang mengandung alkohol seperti durian, nangka, dan cempedak juga tidak disarankan.


MENGUATKAN GIGI
Setelah berumur 6-7 bulan, di mana umumnya bayi telah mulai tumbuh gigi, ia sudah bisa diberi buah yang banyak mengandung serat, seperti mangga dan semangka. Penyajiannya pun dapat lebih kental dari sebelumnya, yaitu dengan cara dijus, dikerok, atau dilumatkan.Secara bertahap di usia ini bayi juga sudah boleh diberi buah yang dipotong kecil-kecil untuk melatih gigi-giginya. Karena umumnya di usia ini bayi mulai belajar mengunyah.; Sementara buah yang sebaiknya dihindari, sama halnya dengan untuk bayi umur 4 bulan, yaitu yang terlalu asam danyang mengandung alkohol.



Menginjak usia 8 bulan, biasanya gigi-giginya sudah semakin kuat, sehingga sudah dapat diberikan buah yang mengandung banyak serat, seperti semangka dan mangga yang dipotong kecil-kecil. Buah-buahan lain, seperti pepaya dan pisang juga dapat diberikan setelah dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.

Pada usia 11-12 bulan, karena biasanya gigi-giginya sudah kuat dan lengkap, dianjurkan memberi buah yang dapat dimakan utuh, seperti pisang.Jadi, buah-buahannya tidak perlu dijus lagi, tetapi diberikan secara utuh untuk melatih gigi-giginya agar kuat.



Sabtu, 07 Januari 2012

Terlalu Banyak Minum Susu, malah Kurang Baik


Sering kita mendengar orangtua yang menawarkan, kadang sedikit 'memaksa' Anak untuk meminum Susu. Selain rasanya yang gurih, susu memiliki banyak kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh. Kandungan vitamin D dan kalsiumnya yang tinggi membuat susu merupakan asupan yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi anak.

Tapi tahukah Anda bahwa ternyata ada batasan dalam konsumsi susu sehari-hari, khususnya susu hewani seperti susu sapi? Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jonathon Maguire, pakar kesehatan anak dari rumah sakit St. Michael's Toronto, Kanada, anak-anak usia 4 – 12 tahun membutuhkan maksimal 2 gelas susu dalam sehari.

Mengapa hanya 2 gelas sehari? Menurut Jonathon, susu memang memenuhi kebutuhan vitamin D yang baik bagi tulang dan gigi. Tetapi bila dikonsumsi terlalu banyak, susu akan memberikan efek buruk bagi darah. Berdasarkan penelitian yang ia lakukan pada 3.800 anak di Kanada, Jonathon menemukan fenomena berkurangnya kadar zat besi dalam darah pada anak yang mengonsumsi susu lebih dari dua gelas setiap hari. Risiko kurangnya zat besi dalam tubuh, bisa menyebabkan radang usus, kelelahan menahun, hingga gagal jantung.

“Penelitian ini sukses membuktikan apa pun yang dikonsumsi secara berlebihan memang tidak baik bagi tubuh, tidak terkecuali susu segar ataupun olahan. Jadi, konsumsilah susu hanya sekitar 470 mililiter atau setara dengan dua gelas tiap harinya,” tegas Jonathon

ref

Jumat, 06 Januari 2012

Tips Anak Cerdas


Tips Anak Cerdas banyak dicari oleh para orangtua. Beberapa Tips berikut bisa dicoba dalam upaya kita menjadikan anak cerdas. Anak yang cerdas dipengaruhi oleh lingkungan atau pola pengasuhan yang mendukung si anak untuk selalu berpikir dan bertindak cerdas. Tidak hanya makanan yang bergizi, beberapa cara mudah juga penting dijadikan pedoman untuk perkembangan mental dan fisik anak hingga ia dewasa.

Memang tidak ada resep tunggal untuk membuat anak memiliki nilai IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi. Terlebih saat ini banyak pendidik yang juga selalu menekankan pentingnya Emotional Quotient (EQ) tak hanya IQ sebagai bekal anak untuk jadi pribadi yang matang saat dewasa. 

Berikut adalah beberapa cara untuk mencetak anak cerdas seperti dikutip dari thedailybeast.com

1. Jauhi Anak dari Kebiasaan Nonton TV
Sebanyak 30 persen anak-anak di bawah usia 2 memiliki televisi di kamar tidurnya. Dan 59 persen anak-anak berusia di bawah 2 tahun menonton TV dua jam sehari.

Manfaat menonton TV bagi bayi tidak diketahui, namun TV diketahui merusak keterampilan mental dan menyia-nyiakan waktu untuk perkembangan otak yang seharusnya dihabiskan dengan cara berbicara dengan orang lain.

2. Beri anak Air Susu Ibu (ASI)
Anak berusia enam tahun yang diberi ASI terus menerus ketika bayi, skor tes IQ-nya 5 persen lebih tinggi daripada anak 6 tahun yang tidak mendapat ASI.
Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian yang diikuti oleh dua kelompok ibu di Belarusia baru dan anak-anaknya.

Hal pertama yang dapat dilakukan seorang Ibu untuk membesarkan anak cerdas adalah dengan cara menyusui. Manusia memiliki persentase lemak lebih besar dibandingkan dengan susu sapi yang dibutuhkan untuk melindungi sel-sel otak.

3. Belajar musik
Anak-anak yang memainkan piano atau alat musik gesek mendapat skor keterampilan verbal 15 persen lebih tinggi daripada anak yang tidak memainkan alat musik.

Penelitian yang menghasilkan pernyataan ini melibatkan siswa dari area musik Boston dan sekolah umum. Usia rata-rata siswa adalah 10 tahun dan beberapa di antaranya pernah belajar musik setidaknya selama tiga tahun.

4. Belajar mengendalikan diri atau sabar
Anak-anak yang mampu menunda kepuasan 15 kali lebih lama daripada teman-temannya dan lebih sabar mendapat skor 210 poin lebih tinggi pada SAT (Scholastic Assessment Test).

Anak-anak yang bisa menunggu 15 menit sebelum makan kue pertama mencetak 210 poin lebih tinggi pada tes SAT nya daripada yang tidak bisa menunggu lebih dari satu menit. Jenius tidak banyak berkaitan dengan IQ, tapi berkaitan dengan fungsi eksekutif.

5. Penuhi rumah dengan buku
Anak yang dibesarkan di sebuah rumah berisi setidaknya 500 buku memiliki kemungkinan lulus SMA 36 persen lebih tinggi dan 19 persen lebih mungkin lulus dari perguruan tinggi daripada anak yang dibesarkan di rumah yang hanya berisi beberapa atau bahkan tidak menyimpan buku.

Orangtua yang suka membaca menunjukkan kepada anak-anaknya bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik, menyenangkan, dan bermanfaat.

6. Hindari kegemukan pada anak
Anak gemuk mendapat skor 11 persen lebih rendah pada tes membaca daripada anak dengan berat badan normal.

Ilmuwan di Temple University menemukan siswa sekolah menengah yang mengalami kelebihan berat badan memiliki prestasi lebih rendah daripada teman-teman sebayanya yang memiliki berat badan normal, serta lebih sering tidak masuk dan terlambat datang sekolah.

7. Ikut program prasekolah
Anak yang mengikuti program prasekolah 52 persen lebih mungkin lulus SMA daripada yang tidak mengikuti program prasekolah.

Pada usia 27 tahun, kelompok prasekolah lima kali lebih banyak yang memiliki rumah sendiri daripada kelompok non-prasekolah. Pada usia 40, kelompok non-prasekolah ditangkap atas tuduhan narkoba delapan kali lebih banyak dibandingkan alumni prasekolah, dan dua kali lebih sering melakukan serangan fisik.

8. Perbanyak anak mendengar kosakata baru
Anak-anak dalam keluarga penerima bantuan sosial mendengar kata-kata hampir empat kali lebih sedikit per tahunnya daripada anak-anak dari keluarga kelas profesional.

Para peneliti mengungkapkan bahwa semakin banyak kata-kata yang didengar, semakin besar kosakata dan semakin tinggi prestasi akademik.

9. Belajar bahasa asing
Anak-anak yang mempelajari bahasa asing selama dua tahun mendapat skor SAT 14 persen lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak pernah mempelajari bahasa asing.

Nilai verbal siswa yang mempelajari bahasa asing selama empat atau lima tahun lebih tinggi daripada skor verbal siswa yang mempelajari pelajaran lain selama empat atau lima tahun

10. Batasi permainan game komputer atau video game
Siswa yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari bermain komputer dan video game mendapat skor ujian sekolah 9,4 persen lebih rendah daripada siswa yang tidak lagi memainkan game semacam itu.

Bermain videogame berlebihan dapat mengganggu sekolah seperti halnya kegiatan lain yang dilakukan berlebihan semisal membaca untuk kesenangan, bermain di luar, tidur, atau berinteraksi langsung dengan teman dan keluarga.












ref